HOME
Bismillahirrohmaanirrohiim....
Bismillahi : Ngawitan abdi ngaos kana ieu kitab kalawan ngalap berkah ku nyebat jenengan Alloh.
باء (ba) yang berada pada lafadz bismillahi ma'nana terbagi 2 (dua), yaitu :
1. Lit Tabaruk (memohon keberkahan)
2. Lil Isti'anah (memohon pertolongan)
Apabila Basmallahnya di ma'nai oleh باء (ba) Lit Tabaruk maka mengartikannya seperti yang diatas. Sedangkan apabila di ma'nai oleh باء (ba) Lil Isti'anah maka mengartikannya sebagai berikut :
Bismillahi : Ngawitan abdi ngaos kana ieu kitab kalawan nyuhunkeun pitulung ka dzat Alloh.
Sifatna Alloh Arrohmaani : Dzat anu maparinan ni'mat ageung di dunya sareng di Akherat.
Sifatna Alloh Arrohimi : Dzat anu maparinan ni'mat alit di akherat ka mu'min wungkul.
Perumpamaan Ni'mat Alloh seperti yang tertera pada sebuah hadits..
Apabila diibiratkan ni'mat alloh itu ada 100 % yang 1 % diberikan oleh Alloh kepada seluruh makhluk yang berada di jagat raya ini (yang disebut Sifat Rohmaniyyahnya Alloh), kemudian yang 99 % khusus diberikan oleh Alloh kepada mu'minin yang masuk kedalam Surga (yang disebut Sifat Rohimiyyahnya Alloh). Tapi coba kita rasakan 1 % saja ni'mat yang Alloh berikan, kita sudah tidak bisa menghitung ni'mat tersebut. Apalagi yang 99 % ni'mat yang paling besar yang diberikan oleh Alloh kepada penghuni Surga. Ni'mat apa yang paling besar tersebut? yaitu melihat Hadhrotulloh dengan mata telanjang. Tapi ingat Bukan berarti Alloh berubah wujud dari mukholafah menjadi mumatsalah, Tetap Alloh itu mukholafah tetapi hijab penglihat kita saja yang dibuka oleh Alloh sehingga mata kita bisa melihat Alloh SWT.
Hukum Membaca Basmalah ada 4, yaitu :
1. Wajib
2. Sunat
3. Makruh
4. Haram.
Wallohu a'lamu bimurodihi dzalik...
Penulis kitab
safinah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullah bin Saad
bin Sumair Al hadhrami.
Beliau adalah seorang ahli fiqh dantasawwuf yang bermadzhab Syafi'i. Selain
itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar,
seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliav juga seorang politikus dan pengamat militer negaranegara
Islam. Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat
lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu keagamaan.
Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim memulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah pengawasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair. Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih basil yang baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang-bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman. Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim memulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah pengawasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair. Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih basil yang baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang-bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman. Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
·
Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair
Setelah mendalami
berbagai ilmu agama, di hadapan para ulama dan para gurunya yang terkemuka,
beliau memulai langkah dakwahnya dengan berprofesi sebagai Syekh Al Qur'an. Di
desanya, pagi dan sore, tak henti-hentinya beliau mengajar para santrinya dan
karena keikhlasan serta kesabarannya, maka beliau berhasil mencetak para ulama
ahli Al-Qur'an di zamannya. Beberapa tahun berikutnya para santri semakin
bertambah banyak, mereka berdatangan dari luar kota dan daerah-daerah yang jauh
sehingga beliau merasa perlu untuk menambah bidang-bidang ilmu yang hendak
diajarkannya seperti: ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir,
ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam.
Syekh Salim telah berhasil mencetak para ulama yang terkemuka di zamannya, tercatat di antara mereka adalah:
Syekh Salim telah berhasil mencetak para ulama yang terkemuka di zamannya, tercatat di antara mereka adalah:
· Habib Abdullah bin Toha Al-Haddar Al-Haddad.
· Syekh Al Faqih Ali bin Umar Baghuzah.Selain
sebagai seorang pendidik yang hebat, Syekh Salim juga seorang pengamat politik
Islam yang sangat disegani, beliau banyak memiliki gagasan dan sumbangan
pemikiran yang menjembatani persatuan umat Islam dan membangkitkan mereka dari
ketertinggalan. Di samping itu beliau juga banyak memberikan dorongan kepada
umat Islam agar melawan para penjajah yang ingin merebut daerah-daerah Islam.
Pada suatu ketika Syekh Salim diminta oleh kerajaan Kasiriyyah yang terletak di daerah Yaman agar membeli peralatan perang tercanggih pada saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura dan India untuk keperluan tersebut. Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses oleh pihak kerajaan yang kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam bidang militer kerajaan. Dalam masa pengabdiannya kepada umat melalui jalur birokrasi beliau tidak terpengaruh dengan cara-cara dan unsur kedholiman yang merajalela di kalangan mereka, bahkan beliau banyak memberikan nasehat, kecaman dan kritikan yang konstruktif kepada mereka.
Pada tahun-tahun berikutnya Syekh Salim diangkat menjadi penasehat khusus Sultan Abdullah bin Muhsin. Sultan tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk dengan segala saran, arahan dan nasehat beliau. Namun sayang, pada tahun-tahun berikutnya ia tidak lagi menuruti saran dan nasehat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan menghina, kondisi tersebut semakin memburuk karena tidak ada pihak-pihak yang mampu mendamaikan keduanya, sehingga pada puncaknya hal itu menyebabkan keretakan hubungan antara keduanya. Dengan kejadian tersebut, apalagi melihat sikap sultan yang tidak sportif, maka Syekh Salim memutuskan untuk pergi meninggalkan Yaman. Dalam situasi yang kurang kondusif akhirnya beliau meninggalkan kerajaan Kasiriyyah dan hijrah menuju India. Periode ini tidak jelas berapa lama beliau berada di India, karena dalam waktu berikutnya, beliau hijrah ke negara Indonesia, tepatnya di Batavia atau Jakarta.
Sebagai seorang ulama terpandang yang segala tindakannya menjadi perhatian para pengikutnya, maka perpindahan Syekh Salim ke pulau Jawa tersebar secara luas dengan cepat, mereka datang berduyun-duyun kepada Syekh Salim untuk menimba ilmu atau meminta do'a darinya. Melihat hal itu maka Syekh Salim mendirikan berbagai majlis ilmu dan majlis dakwah, hampir dalam setiap hari beliau menghadiri majlismajlis tersebut, sehingga akhirnya semakin menguatkan posisi beliau di Batavia, pada masa itu. Syekh Salim bin Sumair dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran, apa pun resiko yang harus dihadapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para ulama mendekat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat. Seringkali beliau memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda. Martin van Bruinessen dalam tulisannya tentang kitab kuning (tidak semua tulisannya kita sepakati) juga sempat memberikan komentar yang menarik terhadap tokoh kita ini.
Dalam beberapa alenia dia menceritakan perbedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara dua orang ulama besar, yaitu Sayyid Usman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim kurang setuju dengan pendirian Sayyid Usman bin Yahya yang loyal kepada pemerintah kolonial Belanda. Sayyid Usman bin Yah_ya sendiri pada waktu itu, sebagai Mufti Batavia yang diangkat dan disetujui oleh kolonial Belanda, sedang berusaha menjernbatani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan pemerintah Belanda, sehingga beliau merasa perlu untuk mengambil hati para pejabatnya.
Oleh karena itu, beliau memberikan fatwa-fatwa hukum yang seakan-akan mendukung program dan rencana mereka. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim terlibat dalam polemik panjang dengan Sayyid Usman yang beliau anggap tidak konsisten di dalam mempertahankan kebenaran. Entah bagaimana penyelesaian yang terjadi pada waktu itu, yang jelas cerita tersebut cukup kuat untuk menggambarkan kepada kita tentang sikap dan pendirian Syekh Salim bin Sumair yang sangat anti dengan pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah dari kaum kuffar.
Walaupun Syekh Salim seorang yang sangat sibuk dalam berbagai kegiatan dan jabatan, namun beliau adalah seorang yang sangat banyak berdzikir kepada Allah SWT dan juga dikenal sebagai orang yang ahli membaca Al Qur'an. Salah satu temannya yaitu Syekh Ahmad Al-Hadhrawi dari Mekkah mengatakan: "Aku pernah melihat dan mendengar Syekh Salim menghatamkan Al Qur'an hanya dalam keadaan Thawaf di Ka'bah". Syekh Salim meninggal dunia di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M).
Beliau telah meninggalkan beberapa karya ilmiah di antaranya Kitab Safinah yaitu kitab yang sudah kita terjemahkan ini. Al-Fawaid AI-Jaliyyah. Sebuah kitab yang mengecam sistem perbankan konfensional dalam kaca mata syari'at..
Pada suatu ketika Syekh Salim diminta oleh kerajaan Kasiriyyah yang terletak di daerah Yaman agar membeli peralatan perang tercanggih pada saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura dan India untuk keperluan tersebut. Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses oleh pihak kerajaan yang kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam bidang militer kerajaan. Dalam masa pengabdiannya kepada umat melalui jalur birokrasi beliau tidak terpengaruh dengan cara-cara dan unsur kedholiman yang merajalela di kalangan mereka, bahkan beliau banyak memberikan nasehat, kecaman dan kritikan yang konstruktif kepada mereka.
Pada tahun-tahun berikutnya Syekh Salim diangkat menjadi penasehat khusus Sultan Abdullah bin Muhsin. Sultan tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk dengan segala saran, arahan dan nasehat beliau. Namun sayang, pada tahun-tahun berikutnya ia tidak lagi menuruti saran dan nasehat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan menghina, kondisi tersebut semakin memburuk karena tidak ada pihak-pihak yang mampu mendamaikan keduanya, sehingga pada puncaknya hal itu menyebabkan keretakan hubungan antara keduanya. Dengan kejadian tersebut, apalagi melihat sikap sultan yang tidak sportif, maka Syekh Salim memutuskan untuk pergi meninggalkan Yaman. Dalam situasi yang kurang kondusif akhirnya beliau meninggalkan kerajaan Kasiriyyah dan hijrah menuju India. Periode ini tidak jelas berapa lama beliau berada di India, karena dalam waktu berikutnya, beliau hijrah ke negara Indonesia, tepatnya di Batavia atau Jakarta.
Sebagai seorang ulama terpandang yang segala tindakannya menjadi perhatian para pengikutnya, maka perpindahan Syekh Salim ke pulau Jawa tersebar secara luas dengan cepat, mereka datang berduyun-duyun kepada Syekh Salim untuk menimba ilmu atau meminta do'a darinya. Melihat hal itu maka Syekh Salim mendirikan berbagai majlis ilmu dan majlis dakwah, hampir dalam setiap hari beliau menghadiri majlismajlis tersebut, sehingga akhirnya semakin menguatkan posisi beliau di Batavia, pada masa itu. Syekh Salim bin Sumair dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran, apa pun resiko yang harus dihadapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para ulama mendekat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat. Seringkali beliau memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda. Martin van Bruinessen dalam tulisannya tentang kitab kuning (tidak semua tulisannya kita sepakati) juga sempat memberikan komentar yang menarik terhadap tokoh kita ini.
Dalam beberapa alenia dia menceritakan perbedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara dua orang ulama besar, yaitu Sayyid Usman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim kurang setuju dengan pendirian Sayyid Usman bin Yahya yang loyal kepada pemerintah kolonial Belanda. Sayyid Usman bin Yah_ya sendiri pada waktu itu, sebagai Mufti Batavia yang diangkat dan disetujui oleh kolonial Belanda, sedang berusaha menjernbatani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan pemerintah Belanda, sehingga beliau merasa perlu untuk mengambil hati para pejabatnya.
Oleh karena itu, beliau memberikan fatwa-fatwa hukum yang seakan-akan mendukung program dan rencana mereka. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim terlibat dalam polemik panjang dengan Sayyid Usman yang beliau anggap tidak konsisten di dalam mempertahankan kebenaran. Entah bagaimana penyelesaian yang terjadi pada waktu itu, yang jelas cerita tersebut cukup kuat untuk menggambarkan kepada kita tentang sikap dan pendirian Syekh Salim bin Sumair yang sangat anti dengan pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah dari kaum kuffar.
Walaupun Syekh Salim seorang yang sangat sibuk dalam berbagai kegiatan dan jabatan, namun beliau adalah seorang yang sangat banyak berdzikir kepada Allah SWT dan juga dikenal sebagai orang yang ahli membaca Al Qur'an. Salah satu temannya yaitu Syekh Ahmad Al-Hadhrawi dari Mekkah mengatakan: "Aku pernah melihat dan mendengar Syekh Salim menghatamkan Al Qur'an hanya dalam keadaan Thawaf di Ka'bah". Syekh Salim meninggal dunia di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M).
Beliau telah meninggalkan beberapa karya ilmiah di antaranya Kitab Safinah yaitu kitab yang sudah kita terjemahkan ini. Al-Fawaid AI-Jaliyyah. Sebuah kitab yang mengecam sistem perbankan konfensional dalam kaca mata syari'at..
Bismillahi : Ngawitan abdi ngaos kana ieu kitab kalawan ngalap berkah ku nyebat jenengan Alloh.
باء (ba) yang berada pada lafadz bismillahi ma'nana terbagi 2 (dua), yaitu :
1. Lit Tabaruk (memohon keberkahan)
2. Lil Isti'anah (memohon pertolongan)
Apabila Basmallahnya di ma'nai oleh باء (ba) Lit Tabaruk maka mengartikannya seperti yang diatas. Sedangkan apabila di ma'nai oleh باء (ba) Lil Isti'anah maka mengartikannya sebagai berikut :
Bismillahi : Ngawitan abdi ngaos kana ieu kitab kalawan nyuhunkeun pitulung ka dzat Alloh.
Sifatna Alloh Arrohmaani : Dzat anu maparinan ni'mat ageung di dunya sareng di Akherat.
Sifatna Alloh Arrohimi : Dzat anu maparinan ni'mat alit di akherat ka mu'min wungkul.
“Dengan Nama Alloh yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Penjelasan :
Arti Bismillahi.. dilandasi arti secara harfiyah dan dilengkapi dengan ilmu nahwu, ma’ani dan lainnya, yaitu “Saya memulai
dengan menyebut nama Alloh yang banyak memberi nikmat besar di dunia dan nikmat
kecil di akhirat.”
Pengertian nikmat besar dan kecil sering dijelaskan sebagai berikut :
a. Saya memulai dengan nama Alloh, tidak dengan nama yang lainnya. Nikmat besar
di dunia, yaitu besar atau banyak yang menerimanya, karena seluruh makhluk
Alloh baik yang mukmin maupun bukan juga seluruh hewan dan yang lainnya semua
menerima nikmat Alloh. Padahal sebetulnya nikmat yang Alloh berikan kepada
seluruh makhlukNya di dunia ini hanya satu persen dari nikmat yang telah
dijadikanNya. Dengan nikmat yang satu persen untuk seluruh makhluk Nya itu
sudah banyak orang yang lupa daratan, lupa kepada pemberinya, yaitu Alloh Yang
Maha Pemurah.
Adapun nikmat kecil di akhirat, ialah sedikit yang menerimanya yaitu hanya
ahli surge saja, sedangkan rata-rata orang yang masuk surge itu hanya satu dari
seribu orang.
b. Disamping itu ada juga yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan nikmat
besar adalah nikmat yang tidak disertai usaha seperti Alloh telah menyediakan
ASI sebelum anaknya lahir. Sedangkan nikmat kecil ialah nikmat yang disertai
usaha, seperti keuntungan dari hasil berdagang dan sebagainya.
Perlu diketahui, bahwa lafaz “Bismillahir-rahmaani-rahiim banyak sekali
faedahnya, diantaranya ialah sebagaimana
sabda Nabi Muhammad Saw :
“setiap perbuatan yang tidak dimulai dengan membaca Bismillah..ibarat binatang yang utus
ekornya.”
Maksudnya kurang baik dan kurang sempurna.
Apabila diibiratkan ni'mat alloh itu ada 100 % yang 1 % diberikan oleh Alloh kepada seluruh makhluk yang berada di jagat raya ini (yang disebut Sifat Rohmaniyyahnya Alloh), kemudian yang 99 % khusus diberikan oleh Alloh kepada mu'minin yang masuk kedalam Surga (yang disebut Sifat Rohimiyyahnya Alloh). Tapi coba kita rasakan 1 % saja ni'mat yang Alloh berikan, kita sudah tidak bisa menghitung ni'mat tersebut. Apalagi yang 99 % ni'mat yang paling besar yang diberikan oleh Alloh kepada penghuni Surga. Ni'mat apa yang paling besar tersebut? yaitu melihat Hadhrotulloh dengan mata telanjang. Tapi ingat Bukan berarti Alloh berubah wujud dari mukholafah menjadi mumatsalah, Tetap Alloh itu mukholafah tetapi hijab penglihat kita saja yang dibuka oleh Alloh sehingga mata kita bisa melihat Alloh SWT.
Hukum Membaca Basmalah ada 4, yaitu :
1. Wajib
2. Sunat
3. Makruh
4. Haram.
Wallohu a'lamu bimurodihi dzalik...
Lirik Lagu Geisha – Tak Kan Pernah Ada
Ku s’lalu memikirkannya
Tak pernah ada habisnya
Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Harta yang paling terindah
Di perjalanan hidupku
Sejak derap denyut nadiku
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku harus merindukannya